Home » 2022 » Februari

Monthly Archives: Februari 2022

Isro’ dan Mi’raj 1443/2022

Kami Keluarga Besar SMAN 1 Sajira mengucapkan Selamat Memperingati Isro’ dan Mi’raj, semoga kita dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

Isra Miraj adalah salah satu peristiwa agung dalam sejarah kenabian Rasulullah SAW dan memiliki banyak keistimewaan.  Bahkan saking agungnya, peristiwa tersebut ada di dalam Surat Al-Isra ayat 1 di mana Allah SWT berfirman yang artinya:

Maha Suci Dzat yang telah menjalankan hamba-Nya di waktu malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya untuk Kami perlihatkan kepadanya (Muhammad) tentang ayat-ayat Kami. Sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”, (QS Al-Isra ayat 1).

Selain itu, peristiwa Isra Miraj juga disebutkan dalam riwayat-riwayat yang shahih di antaranya adalah riwayat yang disebutkan Imam Bukhori dan Imam Muslim dalam hadits panjang yang menceritakan tentang perjalanan Nabi Muhammad SAW saat Isra Miraj yang penuh keistimewaan.

Apa itu Isra Miraj? Isra adalah perjalanan malam hari dari Mekkah ke Baitul Maqdis (Palestina) dan Miraj adalah perjalanan naik ke langit, hingga ke langit ketujuh dan bahkan hingga ke tempat yang lebih tinggi, yaitu Sidratul Muntaha dan Mustawa.

Nabi Muhammad SAW di ISROkan dan di MI’RAJkan ditemani oleh Malaikat Jibril setahun sebelum beliau Hijrah dari Mekkah ke Madinah, tepatnya pada malam Senin, 27 Rajab tahun 621 M. Ada beberapa hal dan keistimewaan Isra Miraj yang perlu kita ketahui.

Hatur Salam by AQUA

SISTesi, HYBRID LEARNING SMAN 1 SAJIRA (uji coba)

Hybrid learning adalah pendekatan model pendidikan yang menggabungkan pembelajaran online dengan pengajaran di ruang kelas nyata seperti waktu sekolah tatap muka pada umumnya.

Skema dan waktu pembelajaran di dalam dan di luar kelas diatur sedemikian rupa agar mendapatkan kelebihan dari masing-masing pembelajaran.

Pendidikan dengan menggunakan pendekatan online sudah barang tentu kita harus menguasai fitur fitur internet atau dalam bahasa yang lebih sederhana kita harus menguasai IT.

Digitalisasi pendidikan menjadi topik hangat yang banyak dibahas oleh publik pada beberapa bulan terakhir. Bukan tanpa sebab karena terjadi perubahan pelayanan pendidikan yang bisa dibilang sangat drastis.

Tak bisa dipungkiri kalau pandemi Covid-19 telah memaksa siswa, guru, dan sekolah harus melakukan aktivitas belajar mengajar dengan mengandalkan teknologi digital.

Sayangnya, masih banyak pihak yang merasa kesulitan untuk menjalankan kegiatan pembelajaran secara online.

Akan tetapi, sebenarnya siap atau tidak, digitalisasi pendidikan harus segera direalisasikan demi terlaksananya pendidikan 4.0.

Namun, pertanyaannya apa saja yang harus dipersiapkan oleh pihak sekolah untuk menyambut era baru dari dunia pendidikan ini?

Menyambut digitalisasi pendidikan di Indonesia

Keberhasilan program digitalisasi pendidikan Indonesia sangat bergantung pada kesiapan dari setiap aspek, baik lembaga maupun sumber daya manusianya. Khususnya dalam aspek infrastruktur pendidikan.

Secara umum, sudah ada tiga aspek yang setidaknya dapat dikatakan cukup baik dalam merespon pendidikan berbasis digital yakni, regulator, pengajar atau guru, dan siswa.

Pemerintah telah menyiapkan dan membahas roadmap sistem yang akan dipakai. Termasuk platform, kurikulum, dan kualifikasi yang dibutuhkan. Sedangkan guru dan siswa tidak diragukan lagi sudah cukup familiar dengan teknologi digital.

Persoalan utamanya adalah infrastruktur penunjang yang dibutuhkan untuk bisa menyelenggarakan digitalisasi pendidikan secara menyeluruh. Contohnya adalah lab komputer dan sistem informasi sekolah.

Hanya untuk laboratorium komputer saja, masih banyak sekolah yang kesulitan memenuhi standar dari Kemendikbud, yakni 30 buah per sekolah. Bahkan bila ada sekalipun, kualitas dari perangkat yang dipakai masih jauh dari standar yang dapat menunjang platform teknologi pendidikan.

Tidak hanya perangkat, sekolah wajib memiliki sistem informasi yang mumpuni agar bisa diakses dengan lancar selama 24/7 oleh siswa, guru, serta orang tua. Namun, mayoritas sekolah bahkan belum membangun website resmi atau sistem informasi sejenis.

Pada akhirnya, sekolah atau lembaga pendidikan di Indonesia harus terlebih dulu berpikir bagaimana cara untuk menyediakan infrastruktur pendidikan yang layak untuk platform digital, sebelum melangkah ke pembangunan sistem.

Peran digitalisasi pendidikan

Digitalisasi pendidikan adalah sebuah konsekuensi logis dari perubahan zaman. Tidak ada satupun pihak yang bisa memprediksi bahwa teknologi akan diadopsi begitu cepat oleh industri dan masyarakat.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir muncul cukup banyak opini dan prediksi, baik dari akademisi maupun profesional mengenai pro kontra digitalisasi bidang pendidikan di Indonesia.

Beberapa pihak menganggap bahwa digitalisasi pendidikan akan berpotensi akan menimbulkan dampak buruk bagi kultur pendidikan dan kualitas sumber daya manusia (SDM) siswa Indonesia.

Lalu, apa sebenarnya dampak yang akan ditimbulkan dari perubahan sistem yang konvensional ke arah digital di bidang pendidikan, khususnya terhadap industri 4.0? Berikut di antaranya:

1. Serapan tenaga kerja lebih besar

Kehadiran industri 4.0 nyatanya telah menimbulkan kekhawatiran banyak pihak, dan salah satu isu besarnya adalah PHK. Akan tetapi, masih ada pihak yang cukup optimis bahwa fenomena tersebut tidak akan terjadi.

Apapun itu, rasionalisasi terhadap biaya dan metode produksi sudah pasti terjadi dalam dunia industri. Pekerja yang dinilai tidak cocok mengisi satu posisi tentu tidak akan mendapat tempat.

Salah satu cara ampuh untuk menekan dampak tersebut adalah digitalisasi pendidikan. Selain menjadikan siswa cukup dekat dengan teknologi dalam industri, para siswa juga akan diberikan insight tentang kekhususan ilmu yang mereka minati.

2. Inovasi teknologi dalam industri

Sistem pendidikan digital akan lebih memberi ruang pada siswa untuk bisa berpikir kritis, serta merancang gagasan penyelesaian masalah. Hal ini tentu akan semakin meningkatkan jumlah invensi dan menumbuhkan para inventor muda baru.

3. Meningkatkan daya saing di tingkat global

Batasan wilayah negara tidak akan lagi berlaku secara penuh saat industri 4.0 mencapai puncaknya. Hasilnya, persaingan ketat antara profesional di seluruh dunia sudah dapat dipastikan akan terjadi.

Untuk meningkatkan daya saing pekerja dan profesional Indonesia, sudah tentu diperlukan sistem pendidikan yang lebih sesuai. Baik kultur ataupun keahlian yang perlu dipelajari.

Namun, hal tersebut tentu bukan perkara yang mudah. Soalnya, untuk mewujudkan pendidikan 4.0 yang optimal tentu membutuhkan dana yang cukup seperti memberikan pelatihan kepada para guru, menerapkan pembelajaran digital hingga mengembangkan infrastruktur sekolah.

Menurut pendapat Kepala Sekolah kita, Bapak Dedi Supriadi, SPd. bahwa digitalisasi dalam dunia pendidikan adalah sebuah keniscayaan, artinya tidak boleh tidak kita akan memasuki era tersebut.

Sebagai contoh, dahulu kita berbelanja ke Mall atau ke toko toko waralaba seperti mini market yang ada disekitar kita, kita tidak perlu lagi membawa uang cash, cukup dengan kartu debet atau kartu atm, Beberapa tahun yang lalu jika kita menggunakan jalan toll, selalu harus menyediakan uang cash untuk membayar jasa jalan toll, tapi kini cukup dengan uang elektronik, dahulu dalam pendataan kependudukan kita bisa doble kartu penduduk, tapi kini dengan proses digitalisasi atau yang kita kenal dengan sebutan KTP ELEKTRONIK, semua data kependudukan terkoneksi dengan data data lainnya, baik itu dengan data perbankan maupun dengan dinas dan instansi lainnya.

Sadar tidak sadar, dalam setiap pemberkasan kita sudah diharuskan mengupload berkas berkas dalam bentuk PDF, JPG, PNG, EXCEL dan lain-lain, dan semakin hari modernisasi pendataan maupun dalam mengakses data kita akan terus didorong untuk secara bertahap.

SMAN 1 Sajira menjadi salah satu sekolah di kabupaten Lebak yang diuji-cobakan sebuah aplikasi digitalisasi pendidikan.

SISTESI

merupakan software manajemen sekolah yang mampu mencatat history siswa (biodata, nilai, konseling, ekstrakulikuler, keuangan/SPP, pinjaman buku, presensi, dan lain lain) dari Siswa masuk hingga lulus atau keluar dari sekolah tersebut. Selain itu SISTesi dilengkapi dengan Sistem Ujian secara Online/ Paperless. SISTesi juga diintegrasikan dengan teknologi RFID dalam bentuk Kartu Pintar Multifungsi.

Hatur salam by AQUA

PROVINSI BANTEN SIAP IMPLEMENTASIKAN KURIKULUM PROTOTIPE

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) saat ini tengah menyosialisasikan kurikulum prototipe yang merupakan upaya pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Hadirnya kurikulum ini dilatarbelakangi oleh hasil evaluasi terhadap kurikulum darurat yang digunakan selama pandemi menunjukkan berkurangnya learning loss.
Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek, Zulfikri Anas mengatakan, kurikulum darurat efektif memitigasi learning loss karena membantu guru untuk fokus pada materi esensial. Dampaknya, guru dapat menerapkan pembelajaran yang lebih mendalam untuk mengembangkan karakter dan kompetensi dasar. Kurikulum darurat ini juga memberi fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right level). “Ini yang menjadi latar belakang pengembangan kurikulum prototipe,” ujar Zulfikri saat sosialisasi kurikulum dalam rangka perbaikan pembelajaran, di Lebak, Banten, Jumat (14/01).

Zulfikri menyampaikan, kurikulum prototipe telah diterapkan di sekolah penggerak pada tahun 2021. Dan pada tahun ini, lanjutnya, kurikulum prototipe menjadi salah satu kurikulum yang dapat dipilih oleh sekolah yang berminat, di samping kurikulum 2013 dan kurikulum darurat. “Keputusan terpenting ada di bapak ibu semua, jadi saat ini tidak ada perintah wajib, tapi pilihan. Ada empat yang kurikulum yang bisa dipilih, salah satunya adalah kurikulum prototipe,” katanya di hadapan lebih dari seratus peserta sosialisasi yang merupakan perwakilan dari asosiasi profesi guru, perguruan tinggi, guru, kepala sekolah, pengawas, hingga lembaga masyarakat yang ada di Provinsi Banten.

Anggota Komisi X DPR RI, Ali Zamroni, yang turut hadir dalam sosialisasi ini menuturkan, kurikulum prototipe memangkas waktu pembelajaran yang terkait teori. Dalam kurikulum ini, pembelajaran akan lebih banyak dilakukan berbasis proyek. “Kurikulum prototipe ini memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan potensi siswa. Karena berbasis proyek, siswa bisa mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki secara maksimal,” katanya.

Ali Zamroni menambahkan, Komisi X DPR RI sepakat dengan rencana Kemendikbudristek untuk melakukan sosialisasi kurikulum prototipe secara masif. Ia mengusulkan, pemangku kepentingan di bawah dinas pendidikan baik provinsi, kabupaten, maupun kota harus menjadi ujung tombak dalam sosialisasi. “Kebijakan yang bagus, jika diketahui masyarakat secara luas akan lebih mudah untuk diterapkan. Sebuah kebijakan yang tidak diketahui masyarakat, meskipun bagus, akan banyak terdapat penolakan,” terangnya.

Menanggapi penjelasan Zulfikri Anas dan Ali Zamroni Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten Dr. H. Tabrani, M.Pd mengatakan, melalui sosialisasi ini kegundahan pemerintah daerah maupun pemangku kepentingan di Provinsi Banten sedikit terjawab. Meskipun di Banten baru dua kabupaten/kota yang memiliki sekolah penggerak, yaitu Kota Tangerang dan Kabupaten Pandeglang, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten Dr. H. Tabrani, M.Pd meyakini kurikulum prototipe dapat diterima di Banten. “Hari ini sekurang-kurangnya kita memahami bahwa kurikulum ini dirancang untuk menyederhanakan pembelajaran, yang harapannya dapat meringkankan beban guru sekaligus mengembangkan potensi anak,” ujarnya.

Pada tahun 2022, setelah Kota Tangerang dan Kabupaten Pandeglang, ada dua daerah lagi yang akan menjadi target sekolah penggerak di Banten, yaitu Cilegon dan Lebak. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten Dr. H. Tabrani, M.Pd menjelaskan, kurikulum prototipe memang dimulai dari sekolah-sekolah penggerak. Dan bagi sekolah yang belum menjadi sekolah penggerak, kata dia, itu menjadi opsi, artinya sekolah boleh melaksanakan atau tidak.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten Dr. H. Tabrani, M.Pd juga menyebut, dalam berbagai kesempatan dirinya terus mengajak kepada sekolah-sekolah penggerak di Banten untuk mengimbaskan kurikulum prototipe kepada sekolah-sekolah lain di sekitarnya. Namun demikian, Tabrani mengatakan, yang namanya pengimbasan sifatnya hanya mengajak kepada sekolah-sekolah yang akan diimbas, tidak bisa dipaksakan karena menyangkut soal kesiapan.

Kepala Sekolah SD Negeri 2 Bintang Resmi, Cipanas, Kabupaten Lebak, Banten, Nurbeti mengatakan, sekolah yang dipimpinnya menyambut baik hadirnya kurikulum prototipe. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh tantangan yang besar untuk menjalankan kurikulum 2013 secara utuh di masa pandemi. “Di daerah kami tidak semua anak memiliki fasilitas teknologi yang memadai, jaringan juga susah. Jadi memang sangat kesulitan,” jelasnya.

Hal senada juga disampaikan Kepala Sekolah SD Negeri 1 Luhur Jaya, Cipanas, Lebak, Banten, Luna Starlinsky, yang menyebut hadirnya kurikulum prototipe ini memberi harapan baru agar anak-anak didiknya bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Ia mengaku, selama pandemi, selain PTM terbatas, guru-guru di sekolah harus menyambangi murid ke rumah-rumah untuk menyampaikan materi pelajaran. Akibatnya, sulit bagi para guru untuk menuntaskan kewajiban kurikulum. “Anak-anak yang rumahnya berdekatan berkumpul di satu rumah, nanti gurunya ke sana. Itu hampir setiap hari,” ujarnya.

Kesulitan yang sama tidak hanya dirasakan oleh para guru dan kepala sekolah tapi juga pengawas. Ketua kelompok kerja pengawas sekolah di kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Yulyadi mengamini perihal yang diungkapkan oleh para kepala sekolah. Ia mengaku, dengan kurangnya tenaga pengawas, sulit baginya untuk memastikan setiap guru menuntaskan kurikulum. “Sekolah di Lebak ini ada 700an, sementara pengawas hanya ada 35 orang. Saya sendiri harus mengawasi 27 sekolah, itu tantangan yang luar biasa,” ujarnya.

Kemendikbudristek dalam merancang kurikulum prototipe melanjutkan arah pengembangan kurikulum sebelumnya. Kurikulum ini mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, serta memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar. Di sisi lain, kurikulum prototipe memberi fleksibilitas dan ruang besar bagi kearifan lokal, sehingga setiap satuan pendidikan dapat menunjukkan karakter dan keunikannya masing-masing.

Hatur salam by AQUA